Catatan Kampus Cikabayan
Bekicot
dikenal dengan berbagai nama dalam bahasa daerah di Indonesia, yang menunjukkan
luasnya penyebaran dan interaksinya dengan masyarakat. Di Jawa Barat mereka
juga dikenal sebagai “keong racun”. Di Bali, bekicot disebut “tutup”. Di
Sulawesi Selatan, dikenal dengan nama “siput darat” atau “koko”. Perbedaan
sebutan ini mencerminkan kedekatan masyarakat dengan binatang ini sebagai
bagian dari lingkungan dan budaya setempat.
Perubahan
dari musim hujan yang basah dan lembap ke musim kemarau yang kering dan panas
bukan hanya sekadar fenomena cuaca, melainkan nadi kehidupan yang mengatur
ritme alam dan makhluk di dalamnya. Musim hujan ditandai dengan curah hujan
yang tinggi, kelembaban udara yang meningkat, dan suhu yang relatif stabil,
menciptakan kondisi ideal bagi pertumbuhan tanaman dan aktivitas berbagai
organisme. Sebaliknya, musim kemarau ditandai dengan penurunan curah hujan,
udara yang lebih kering, dan suhu yang cenderung lebih tinggi pada siang hari.
Transisi antara dua musim ini memengaruhi seluruh aspek kehidupan, baik bagi
manusia maupun makhluk hidup lainnya. Musim hujan membawa janji kehidupan,
menyuburkan tanah, dan menyemai harapan. Musim kemarau menantang, menguji daya
tahan semua yang hidup, memanggil makhluk untuk berdiam dan menunggu.
Bekicot
(Lissachatina fulica) merupakan moluska darat yang sangat sensitif
terhadap perubahan ini. Pada musim hujan, bekicot menjadi sangat aktif, keluar
dari persembunyian untuk mencari makan dan berkembang biak. Kondisi tanah yang
lembap dan suhu yang nyaman mendukung aktivitas mereka. Namun, saat musim
kemarau datang, bekicot memasuki fase dormansi yang disebut estivasi, di mana
mereka bersembunyi dan mengurangi aktivitas untuk bertahan dari kondisi kering
dan panas. Perubahan aktivitas ini berlangsung cukup konsisten dan dapat diamati
sebagai indikator alami pergeseran musim dari hujan ke kemarau, atau
sebaliknya.
Keunikan
perilaku musiman bekicot ini membuatnya berfungsi sebagai penanda biologis
alami perubahan musim. Munculnya bekicot secara massal setelah hujan pertama
seringkali menjadi sinyal bagi masyarakat lokal bahwa musim hujan telah tiba.
Sebaliknya, ketika bekicot mulai menghilang ke dalam persembunyian, itu menjadi
pertanda bahwa musim kemarau segera datang. Selain menandai musim, perilaku
bekicot ini juga dapat mengindikasikan perubahan iklim mikro di wilayah
tersebut, misalnya jika pola curah hujan bergeser atau suhu meningkat.
Bekicot
memegang peran ekologis yang penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem,
terutama dalam proses penguraian bahan organik. Dengan memakan daun-daun yang
gugur, sisa tanaman, dan bahan organik lainnya, bekicot membantu mempercepat
siklus nutrisi di dalam tanah, yang pada gilirannya meningkatkan kesuburan
tanah. Dalam konteks pertanian, keberadaan bekicot bisa menjadi indikator
kesehatan lahan. Namun, bekicot juga dikenal sebagai hama bagi beberapa jenis
tanaman karena aktivitas makannya yang kadang merusak bibit atau tanaman muda.
Oleh karena itu, pengelolaan populasi bekicot yang tepat diperlukan agar
manfaat ekologisnya dapat dirasakan tanpa menimbulkan kerugian bagi petani.
Perilaku
musiman bekicot ini menyimpan makna ekologis dan kultural. Ia bukan hanya
pengurai bahan organik yang membantu memperkaya tanah, tetapi juga indikator
hidup yang mengabarkan perubahan pola iklim mikro. Pengamatan terhadap perilaku bekicot sebagai
indikator biologis ini sangat bermanfaat bagi masyarakat lokal dan peneliti,
karena memberikan informasi ekologis yang mudah diakses dan alami, meski tidak
sepresisi instrumen meteorologi modern. Dalam banyak komunitas pertanian
tradisional di Indonesia, termasuk di Jawa Timur, fenomena ini sudah menjadi
pengetahuan lokal yang diwariskan secara turun-temurun untuk membantu
menentukan waktu tanam dan kegiatan bertani lainnya.
Dalam
era perubahan iklim, kehadiran bekicot sebagai penanda alami memberi kita
pelajaran tentang bagaimana alam berkomunikasi secara halus. Mereka
mengingatkan kita bahwa perubahan besar sering kali dimulai dari sinyal-sinyal
kecil yang nyaris tak terlihat, namun sarat makna. Bekicot, dengan sunyinya
yang penuh arti, mengajarkan kita untuk mendengarkan alam lebih dalam. Ia
adalah penjaga musim, penanda iklim, dan bagian tak terpisahkan dari simfoni
kehidupan yang terus berulang.
(SiBu Bayan)