Catatan Kampus Cikabayan
“Undur-undur jalannya mundur...” Penggalan lagu anak-anak ini masih terngiang di ingatan penulis. Lagu sederhana yang mengingatkan pada hewan kecil yang unik "undur-undur" yang sering dijumpai di tanah kering dan halus, membentuk lubang berbentuk corong yang khas. Meski kecil dan tersembunyi, Undur-undur menyimpan cerita menarik tentang lingkungan dan perubahan musim di sekitar kita. Undur-undur adalah nama umum untuk serangga kecil dari ordo Neuroptera, terutama dari famili Myrmeleontidae. Nama "undur-undur" biasanya merujuk pada larvanya, bukan bentuk dewasanya. Larva undur-undur sangat terkenal karena cara uniknya bergerak mundur saat menggali pasir atau tanah halus yang kering. Itulah asal usul nama "undur-undur".
Undur-undur dewasa sekilas mirip
dengan capung karena keduanya memiliki tubuh yang panjang dan sayap yang
transparan. Namun, keduanya berbeda secara taksonomi dan perilaku. Undur-undur
termasuk ordo Neuroptera, sedangkan capung termasuk ordo Odonata.
Selain itu, undur-undur dewasa cenderung tidak seaktif capung yang lincah dan
biasanya memiliki cara terbang yang berbeda. Larva undur-undur yang khas
menggali lubang jebakan di tanah juga sangat berbeda dengan tahap larva capung
yang hidup di air. Larva undur-undur adalah makhluk cerdik yang mengandalkan
jebakan alami untuk menangkap mangsa. Mereka menggali lubang berbentuk corong
yang halus dan teratur di tanah berpasir kering. Lubang ini berfungsi sebagai
perangkap bagi semut dan serangga kecil yang tidak curiga, sehingga mudah
terperangkap dan menjadi santapan larva.
Daur hidup undur-undur terdiri
dari beberapa tahapan utama, yaitu telur, larva, pupa, dan dewasa. Proses ini
terutama didominasi oleh fase larva yang berlangsung paling lama, yaitu sekitar
1 hingga 2 tahun, tergantung pada spesies dan kondisi lingkungan sekitar.
Setelah telur menetas, larva mulai aktif menggali lubang jebakan di tanah
berpasir kering sebagai strategi berburu mangsa. Pada fase ini, larva
undur-undur sangat bergantung pada kondisi tanah yang kering dan stabil untuk
membangun jebakan tersebut.
Menariknya, aktivitas membuat
jebakan ini sangat dipengaruhi oleh musim. Saat musim kemarau datang dan tanah
mengering, larva mulai menggali dan membangun jebakan-jebakan baru. Namun,
ketika musim hujan tiba, hujan yang membasahi tanah menyebabkan lubang-lubang
jebakan ini sering runtuh, dan larva pun cenderung bersembunyi lebih dalam
untuk menghindari genangan air. Dengan begitu, jumlah jebakan undur-undur yang
tampak di permukaan tanah menjadi penanda alami kondisi musim di lingkungan
tersebut.
Musim kemarau yang ditandai oleh
rendahnya kelembapan tanah dan curah hujan yang sedikit memberikan kondisi
ideal bagi larva undur-undur untuk menggali dan mempertahankan jebakan
corongnya. Ketersediaan mangsa seperti semut dan serangga kecil juga lebih mudah
diperoleh karena aktivitas hewan lain cenderung meningkat pada tanah yang
kering. Akibatnya, fase larva dapat tumbuh lebih cepat dan lebih efisien selama
musim kemarau.
Sebaliknya, ketika musim hujan
tiba, curah hujan yang tinggi menyebabkan tanah menjadi basah dan lembap,
bahkan sering tergenang air. Kondisi ini mengganggu kestabilan jebakan larva
yang mudah runtuh dan menghambat aktivitas berburu mereka. Larva pun cenderung
bersembunyi lebih dalam atau mengurangi aktivitasnya, sehingga pertumbuhan dan
perkembangan mereka melambat. Pada musim ini, peluang kematian larva juga
meningkat akibat kondisi lingkungan yang kurang mendukung.
Fase pupa dan dewasa umumnya
terjadi setelah larva cukup matang dan siap bermetamorfosis. Bentuk dewasa
undur-undur memiliki masa hidup yang lebih singkat dibanding larva dan umumnya
aktif pada musim yang relatif kering. Oleh karena itu, pola populasi undur-undur
secara keseluruhan sangat dipengaruhi oleh perubahan musim, dengan jumlah larva
dan jebakan corong di tanah meningkat pada musim kemarau dan menurun saat musim
hujan.
Sebagai makhluk yang sangat
sensitif terhadap kelembapan tanah, undur-undur bisa menjadi indikator alami
perubahan musim. Jika musim kemarau berkepanjangan dan kering, jumlah jebakan
undur-undur di permukaan tanah akan meningkat. Sebaliknya, jika musim hujan
datang lebih awal atau berlangsung lama, jebakan tersebut akan berkurang karena
tanah menjadi basah dan kurang cocok untuk aktivitas larva.
Dengan mengamati undur-undur dan
jebakannya, dapat diperoleh gambaran sederhana namun bermakna tentang
bagaimana perubahan musim berlangsung, bahkan tanpa alat ukur canggih. Meskipun
tampak kecil dan sederhana, undur-undur memberikan pelajaran berharga
tentang lingkungan sekitar. Mereka adalah “jejak halus” yang merekam perubahan
musim melalui perilaku dan daur hidupnya. Dengan memperhatikan keberadaan dan
aktivitas mereka, perubahan musim dapat diamati secara lebih dekat dan
alami.
Undur-undur mengingatkan penulis bahwa perubahan alam sering kali bisa dibaca lewat tanda-tanda kecil di lingkungan sekitar, tanpa harus selalu mengandalkan teknologi atau data besar. Makhluk kecil
ini membuka jendela untuk melihat hubungan erat antara kehidupan dan musim yang
berganti.
(SiBu Bayan)