Catatan Kampus Cikabayan
Barongan
masih dapat dijumpai di pedesaan pulau Jawa.
Misalnya, di perbatasan wilayah pemukiman dengan persawahan atau ladang, sempadan sungai dan kalen,
sekitar mata air, dan batas kepemilikan pekarangan. Keberadaan barongan ini
sudah ada sejak lama, setidaknya menurut pengamatan penulis dan tutur dari
orang-orang tua. Selain bambu, tanaman yang khas letak penanamannya adalah
pohon Turi (Sesbania grandiflora).
Pohon turi sering dijumpai di pematang sawah, sedangkan pohon randu dapat
dijumpai di jalan-jalan produksi persawahan. Leluhur kita tentunya tidak asal
menanamnya di tempat-tempat tersebut.
Setiap tindakan yang dilakukan pasti memiliki tujuan. Penanaman bambu, dan
turi di tempat-tempat yang khas tersebut tersebut adalah salah satu perwujudan
dari peradaban tata ruang para leluhur. Keberadaanya
di tempat yang khas tersebut memiliki beragam fungsi, mulai dari pengendali
dinamika udara, modifikasi iklim mikro, kestabilan fisik dan kesuburan tanah, refugia,
penanggalan musim tanam, menjaga kemurnian genetika tanaman utama dan masih
banyak fungsi-fungsi lainnya. Sebuah warisan yang tidak hanya kita lihat, tetapi juga kita rasakan
dalam tiap hembusan angin yang mengalir lembut di antaranya. Untuk
saat ini, tulisan ini hanya mengurai fungsi-fungsi yang berkaitan dengan angin.
Sedangkan fungsi lainnya, akan diuraikan pada tulisan lainnya.
Barongan pring
dan turi berfungsi sebagai penahan dan pemecah
angin (wind break) yang dapat mengendalikan dinamika udara di
sekitarnya. Barongan pring yang memisahkan antara pemukiman dan persawahan
dapat secara efektif meredam dan memecah kecepatan angin yang datang dari areal
terbuka di sekitar desa, misalnya persawahan, sehingga saat angin masuk ke
pemukiman sudah dalam kecepatan rendah. Atas fungsinya ini, barongan pring juga
sering disebut sebagai “Pagar Desa”.
Selain berfungsi penahan angin, barongan pring ini juga dapat menyaring
(filter) partikel-partikel di udara yang dipertukarkan dari persawahan
ke pemukiman. Misal, residu pestisida di
udara, asap pembakaran dan debu yang terbawa angin dari areal persawahan dapat
diredam dan disaring oleh barongan sebelum masuk ke pemukiman sehingga tidak
mencemari lingkungan udara di pemukiman. Pohon turi di pematang sawah juga
dapat meningkatkan gaya gesekan permukaan, sehingga resiko kerusakan karena
kecepatan angin pada tanaman pokok (misal padi dan jagung) dapat diperkecil.
Guna meresapi
fungsi kedua jenis pohon ini sebagai wind breaks, berikut ini diuraikan
secara singkat tentang karakteristik dan mekanisme kerjanya.
Wind break atau penahan angin didefinisikan sebagai penghalang yang digunakan
untuk mengurangi dan mengarahkan angin. Biasanya terdiri dari pohon-pohon, semak-semak,
rerumputan tinggi yang hidup sepanjang, pagar atau bahan lainnya. Pohon-pohon
yang digunakan sebagai penahan angin umumnya mempunyai batang yang kuat dan lentur
serta perakaran yang kuat. Jenis tanaman yang digunakan disesuaikan dengan
keadaan ekologis setempat. Misalnya di wilayah subtropis, tanaman penahan angin
umumnya adalah jenis-jenis konifer dan deciduous. Di Indonesia, umumnya
digunakan pohon bambu,turi dan salam.
Cara kerja pepohonan
penahan angin ini adalah saat angin bertiup melawannya, tekanan udara menumpuk
di sisi angin datang (arah angin), dan sejumlah besar udara bergerak ke atas
dan melewati bagian atas atau di sekitar ujung penahan angin. Dengan cara kerja
ini maka struktur seperti ketinggian, kerapatan dan jumlah baris, komposisi jenis pohon, panjang,
orientasi arah, dan kontinuitas akan menentukan keefektifan penahan angin dalam
mengurangi kecepatan angin dan mengubah iklim mikro.
Ketinggian pepohonan
penahan angin; faktor ini menentukan
penurunan kecepatan angin berdasarkan jarak area yang dilindungi terhadap
lokasi tanaman wind break. Secara sederhana jika tinggi pohon wind break adalah
H maka jarak terjauh nilai kecepatan angin dapat dikurangi sejauh 30 kali H
dari lokasi tanaman wind break. Semakin jauh tempat dari lokasi wind break,
maka efektifitasnya untuk mengurangi kecepatan angin makin berkurang. Ilustrasi
pada Tabel 1 menunjukkan pengurangan kecepatan angin berdasarkan jaraknya
terhadap lokasi pohon win break.
Ilustrasi
penurunan kecepatan angin (tinggi pohon 10 m; kerapatan pepohonan ±60%; kecepatan angin tempat terbuka 32 km/jam)
Kerapatan dan
kepadatan pepohon penahan angin; merupakan nilai
rasio antara basal area pepohonan terhadap luas area penanaman pepohonan
penahan angin. Angin mengalir melalui
bagian penahan angin yang terbuka, jadi semakin padat penahan angin, semakin
sedikit angin yang melewatinya. Tekanan rendah berkembang di sisi bawah angin
dari penahan angin yang sangat padat. Area bertekanan rendah di belakang
penahan angin ini menarik udara yang datang dari penahan angin ke bawah,
menciptakan turbulensi dan mengurangi perlindungan melawan arah angin. Oleh
karena itu, kerapatan pepohonan tidak boleh sangat rapat bahkan sampai rapat
100%. Saat kerapatan berkurang, jumlah udara yang melewati penahan angin
meningkat, memoderasi tekanan rendah dan turbulensi, dan menambah panjang area
perlindungan.
Orientasi
arah pepohonan penahan angin; Efektifivitas
pepohonan penahan angin ditentukan oleg arah orientasinya atau sudut yang tepat
terhadap arah angin yang ada. Pengamatan terus menerus terhadap kecepatan dan
pola arah angin penting untuk menentukan arah orientasi pepohonan penahan
angin. Sebagai contoh, misalnya angin yang paling merusak berasal dari Timur
maka orientasi pepohonan penahan angin diorientasikan untuk menahan angin
tersebut. Di beberapa wilayah di Indonesia yang sering mengalami angin panas
yang kering (misal angin Gending di Probolinggo dan angin Bahorok di deli
Serdang) yang merusak tanaman perlu diamati pola arah anginnya. Keberadaan pepohonan penahan angin dapat
menurunkan energi panas dan kinetik kedua angin tersebut, sehingga resiko
kerusakan tanaman karena over penguapan dapat diturunkan. Area perlindungan
berdasarkan orientasinya dapat dilustrasikan pada Gambar 1.
Panjang dan
kontinyuitas pepohonan penahan angin; Jika
ketinggian pohon penahan angin menentukan luas area yang dilindungi, maka panjang
barisan pepohonan penahan angin menentukan jumlah total area yang menerima
perlindungan. Untuk efisiensi maksimum, panjang barisan pepohonan harus
melebihi 10 kali lipat dari tinggi pohonnya (rasio 10:1) dan tidak boleh
terputus atau ada celah. Rasio ini mengurangi pengaruh turbulensi akhir pada
area yang dilindungi. Celah di pepohonan penahan angin menjadi corong yang
memusatkan aliran angin, menciptakan area di sisi bawah angin dari celah di
mana kecepatan angin akan dapat melebihi kecepatan angin lapangan terbuka. Jika
ada celah, efektivitas penahan angin akan berkurang.
Ilustrasi orientasi pepohonan penahan angin
Pepohonan
penahan angin dapat mengubah iklim mikro di area yang dilindungi. Di area yang terlindungi akan terjadi penurunan
kecepatan angin, suhu menjadi lebih hangat dan kelembaban udara yang meningkat. Kondisi ini akan berdampak pada penurunan
penguapan dan kehilangan air tanaman (evapotranspirasi) sehingga ketersedian
air bagi tanaman akan lebih banyak jumlahnya dan lebih panjang waktunya dibandingkan tanpa penahan angin. Selain itu, suhu yang lebih hangat juga akan
mempercepat perkembangan kecambah. Meskipun demikian, salah satu faktor yang
harus dipertimbangkan dalam penerapan pepohonan penahan angin di lingkungan
persawahan adalah kompetisi mendapatkan radiasi matahari dengan tanaman
pokok. Oleh karena itu pohon Turi akan
lebih cocok di areal persawahan di bandingkan bambu. Sedangkan pohon bambu
lebih sesuai untuk batas persawahan dengan pemukiman.
(Sibu Bayan)